Beras merah (Oryza nivara L.) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan beras putih, yaitu mengandung banyak senyawa fenolik.Senyawa fenolik merupakan metabolit sekunder tanaman serta komponen penting dalam kualitas sensoris dan nutrisi buah, sayuran, dan tanaman lainnya. Senyawa fenolik memiliki jenis yang sangat banyak,mulai dari senyawa fenolik sederhana hingga yang senyawa komplek yang berikatan dengan gugus glukosa sebagai glikon. Salah satu kelompok senyawa fenolik yang memiliki manfaat sebagai antioksidan adalah kelompok senyawa flavonoid.
Beras ketan hitam (Oryza sativa var.
glutinosa) merupakan salah satu komoditi yang
sangat potensial sebagai sumber antioksidan,
senyawa bioaktif, dan serat yang penting bagi
kesehatan (Yanuar, 2009).Beras ketan hitam
mengandung zat warna antosianin yang dapat
digunakan sebagai pewarna alami pada
makanan. Warna beras ketan hitam didapat dari
sel-sel kulit ari yang mengandung antosianin.
Secara kimiawi antosianin dapat dikelompokan
ke dalam flavonoid dan fenolik (Samsudin dan
Khoirudin, 2009).
Jenis serealia yakni biji millet diketahui
mengandung protein, vitamin dan mineral serta
mengandung senyawa nitrilosida berkemampuan
antioksidan yang sangat berperan menghambat
perkembangan sel kanker (anti kanker), juga
menurunkan resiko mengidap penyakit jantung
(artheriosclerosis, serangan jantung, stroke dan
hipertensi).Di Indonesia sendiri pemanfaatan
tepung millet pada saat ini masih belum banyak
dikenal, penggunaannya juga belum berkembang
di masyarakat.Selain itu tepung millet dan ragam
produk olahannya masih terbatas digunakan
dilingkup penelitian. Tepung millet diharapkan
dapat juga digunakan sebagai bahan baku untuk
berbagai produk pangan olahan, misalnya
dijadikan mi dan berbagai jenis roti. Hal tersebut
akan sangat membantu untuk menekan tingkat
ketergantungan kita terhadap terigu yang
semakin hari harganya semakin meningkat dan
cenderung tidak stabil
Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan di dalam penelitian menggunakan sampel beras hitam (Oryza sativa var. indica), beras merah (Oryza nivara L.), beras ketan hitam (Oryza sativa var. glutinosa), millet merah (Panicum miliaceum) dan millet kuning (Pennisetum glaucum) serta kulit manggis (Garcinia mangostana) sebagai pembanding.
Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan di dalam penelitian menggunakan sampel beras hitam (Oryza sativa var. indica), beras merah (Oryza nivara L.), beras ketan hitam (Oryza sativa var. glutinosa), millet merah (Panicum miliaceum) dan millet kuning (Pennisetum glaucum) serta kulit manggis (Garcinia mangostana) sebagai pembanding.
Aktivitas antioksidan merupakan proses penghambatan radikal bebas oleh antioksidan. Uji aktivitas antiradikal bebas DPPH secara spektrofotometri dilakukan dengan mereaksikan beberapa jenis sampel dengan larutan DPPH (metanol., 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil ) panjang gelombang 515 nm.
Hasil uji aktivitas antioksidan
menunjukan bahwa beras merah memiliki
aktivitas antioksidan tertinggi yaitu
sebesar 95,05%, beras ketan hitam memiliki
aktivitas antioksidan sebesar 92,10%. Beras
hitam memiliki aktivitas antioksidan paling
rendah dibandingkan dengan jenis beras lainnya
yaitu sebesar 66,27%. Sementara itu ekstrak kulit manggis memiliki aktivitas antioksidan sebesar 94,13 %. Sedangkan jenis millet
memiliki aktivitas antioksidan yang paling
rendah diantara seluruh sampel, dimana millet
merah memiliki aktivitas sebesar 8,09% dan
millet kuning sebesar 4,91%. Diketahui bahwa
dari hasil uji aktivitas antioksidan terdapat dua
jenis sampel yang memiliki daya serap DPPH
yang lebih tinggi dibanding dengan sampel
lainnya yaitu beras merah dan beras ketan hitam.
Kulit manggis sebagai pembanding juga
memiliki daya serap terhadap DPPH yang cukup
tinggi yaitu sebesar 94,13%
Tingginya aktivitas antioksidan pada
beras hitam, beras merah dan ketan hitam
disebabkan oleh banyaknya kandungan pigmen
antosianin yang berperan sebagai antioksidan.
Menurut Suda (2003), bahan makanan yang
memiliki warna merah, ungu dan kehitaman
dilaporkan memiliki kandungan pigmen
antosianin yang tinggi. Beras merah memiliki
aleuron yang mengandung gen untuk
memproduksi antosianin yang merupakan
sumber warna merah atau ungu. Menurut Chang
dan Berdenas (1965) pigmen antosianin pada
beras merah tidak hanya terdapat pada kulit
beras, tetapi juga meliputi seluruh bagian beras.
Kesimpulan :
Dari hasil analisis nilai gizi yang telah dilakukan, beras merah memiliki potensi yang paling tinggi untuk dijadikan sebagai sumber pangan fungsional, karena beras merah memiliki kandungan protein yang tinggi serta memiliki serat yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis beras lainnya dan jenis millet yang diuji, sehingga dapat digunakan untuk masyarakat dalam perbaikan gizi. Beras merah juga memiliki kandungan serat yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis beras dan millet yang diuji yang dapat digunakan untuk mengatasi kolesterol serta dalam menjalankan program diet. Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan, beras merah memiliki aktivitas tertinggi diantara beberapa jenis beras dan millet yang diuji sehingga dapat digunakan untuk mengatasi penyakit degeneratif seperti stroke, diabetes dan sakit jantung.
Kesimpulan :
Dari hasil analisis nilai gizi yang telah dilakukan, beras merah memiliki potensi yang paling tinggi untuk dijadikan sebagai sumber pangan fungsional, karena beras merah memiliki kandungan protein yang tinggi serta memiliki serat yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis beras lainnya dan jenis millet yang diuji, sehingga dapat digunakan untuk masyarakat dalam perbaikan gizi. Beras merah juga memiliki kandungan serat yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis beras dan millet yang diuji yang dapat digunakan untuk mengatasi kolesterol serta dalam menjalankan program diet. Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan, beras merah memiliki aktivitas tertinggi diantara beberapa jenis beras dan millet yang diuji sehingga dapat digunakan untuk mengatasi penyakit degeneratif seperti stroke, diabetes dan sakit jantung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar